Selasa, 29 November 2011

makalah bimbingan kelompok

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK
(TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KELOMPOK)


KELAS : BK – C    SEMESTER : 3
NAMA ANGGOTA :
1.      Retno Siami 10001143
2.      Riko Yuliansah 10001173
3.      Nita Kumalasari 10001177
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan suatu bentuk layanan pemberian bantuan kepada individu yang mempunyai suatu masalah. Layanan bimbingan dan konseling ini dapat dibagi menjadi 2, yakni bimbingan konseling individu dan bimbingan konseling kelompok. Bimbingan konseling individu dilakukan secara sendiri atau individual saja, tidak ada orang lain yang ikut di dalamnya kecuali konselor dan individu itu sendiri. Sedangkan bimbingan dan konseling kelompok itu dilakukan secara bersama-sama dan berkelompok. Biasanya disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan apa yang sedang dihadapi atau berdasarkan masalah-masalah yang sama antara seseorang dengan orang lainnya. Dengan adanya pengelompokkan ini akan dapat lebih mudah untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cara berkelompok.
Dalam layanan bimbingan konseling kelompok ini juga akan dibahas tentang bagaimana  tahap-tahap perkembangan kelompok. Tahap-tahap perkembangan kelompok ini dapat dijadikan sebagai pedoman atau panduan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling kelompok, dan yang selanjutnya akan dijabarkan lebih lanjut dalam makalah ini.






BAB II
PEMBAHASAN

Tahapan-tahapan perkembangan kelompok
            Telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk menjadi kelompok yang efektif perlu melalui tahap-tahap tertentu dan setiap tahap mempunyai ciri-ciri tertentu. Tetapi masing-masing tahap itu tidak berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh dengan tahap-tahaplainnya. Uraian berikut ini disarikan dari pendapat standford (1977) dan Corey (1988).
1.      Tahap orientasi
Tahap orientasi atau tahap inisiasi atau tahap penciptaan rasa aman adalah tahap awal kelompok di mana para anggota kelompok merasa tidak aman, cemas dalam situasi baru, dan ingin mengetahui apa yang akan terjadi dalam kelompok. Dalam tahap ini anggota-anggota kelompok belajar bagaimana kelompokberfungsi,merumuskan tujuan,mengklarifikasi harapan-harapannya,dan mencari tempatnya dalam kelompok.
Tujuan utama tahap orientasi adalah untuk saling mengenal dan mengetahui identitas masing-masing anggota kelompok dan mengembangkan kepercayaan anggota kelompok.
Tugas utama pemimpin kelompok dalam tahap orientasi ialah :
a.       Menjelaskan kepada anggota kelompok aturan-aturan umum dan cara-cara untuk berpartisipasi secara aktif dalam kelompok sehingga dapat tercapai kelompok ng produktif. Misalnya untuk kelompok kelas, guru dapat menjelaskan cakupan materi yang akan diajarkan secara garis besar,tuntutan yang harus dipenuhi untuk dapat berhasil dalam bidang studi yang bersangkutan,prosedur bagaimana pelajaran diberikan, dan prosedur penilaian.
b.      Membantu anggota kelompok untuk dapat mengenal pimpinan kelompok dan sesama anggota yang lain. Pemimpin memberikan contoh dengan mengenalkan dirinya secara singkat yang meliputi : latar belakang pendidikan, keluarga,kegemaran, dan harapan-harapannya terhadap kelompok. Pempin membantu anggota supaya saling mengenal dengan melaksanakan latihan-latihan mengenal orang lain.
c.       Menjadi model bagi anggota kelompok. Pemimpi memberi contoh perilaku-perilaku yang diharapkan dilaksanakan oleh anggota kelompok melalui perilakunya dalam memimpin kelompok dan mengelola kelompok. Misalnya, cara memperlakukan anggota kelompok secara sama tanpa adanya diskriminasi,tidak menertawakan atau mempermalukan anggota, cara mendengarkan dan merespon pendapat, tanggapan, dan balikan dari anggota kelompok. Cara pemimpi kelompok memperlakukan anggota baru (apabila ada) juga sangat penting, karena anggota baru itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dikenal kelompok, dan perilaku pemimpin pada saat itu menjadi perhatian kelompok. Selama tahap orientasi pemimpin kelompok harus selalu memonitor dirinya sendiri apakah perilakunya sesuai dengan apa yang diharapkannya dari kelompok dan dengan tujuan kelompok. Misalnya, bila ia menginginkan anggota kelompok bersikap terbuka, maka ia juga harus bersikap terbuka.
Beberapa latihan terstruktur untuk tahap orientasi
Langkah pertama untuk dapat saling mengenal antara anggota kelompok adalah dengan mengenal nama masing-masing. Latihan-latihan untuk saling mengenal antara lain adalah :
(1)   Tanda Nama
Setiap anggota diberi kertas karton berukuran 4x6 cm dan diminta menuliskan nama panggilannya dengan sepidol atau alat tulis lain dengan ukuran yang mudah terbaca orang lain tanda nama ini dipakai selama beberapa kali pertemuan awal sampai anggota sudah mengetahui nama masing-masing.
(2)   Mengenalkan Diri Sendiri
Anggota kelompok duduk dalam lingkaran dan mengenalkan dirinya secara singkat selama satu sampai dua menit bergantian. Pemimpin kelompok dapat memberi contoh terlebih dahulu. Hal yang dikemukakan antara lain (nama lengkap,nama panggilan,latarbelakang keluarga,jumlah saudara dan kegemaran). Setelah masing-masing mengenalkan dirinya anggota lain dapat mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
(3)   Gabungan Nama dan Sifat
Anggota keompok duduk dalam bentuk lingkaran masing-masing mrnyebutkan nama panggilannya dan satu kata sifat yang dimulai dengan huruf yang sama dengan namanya (contoh: Nani nakal, Rudi runyam). Pemimpin kelompok kemudian menunjuk seorang anggota dan meminta anggota lain menyebutkan nama dan nama sifatnya setelah menyebutkan nama dan nama sifatnya sendiri terlebih dahulu. Bila ia dapat menyebutkan dengan betul, latihan diteruskan dengan menunjuk anggota lain, tetapi bila salah, anggota tersebut diminta menanyakan kepada individu yang bersangkutan dan mengulangi menyebutkannya didepan kelompok. Kemudaian diminta menunjuk anggota lain untuk melakukan hal yang sama. Demikian seterusnya sampai semua anggota mendapat giliran.
Pemimpin kelompok membagikan kertas yang berisi daftar kalimat yang belum selesai. Masing-masing anggota diminta untuk melengkapi daftar secara tertulis. Setelah semua anggota selesai mengisi mereka diminta berdiri dan membentuk lingkaran dua lapis secara berhadap-hadapan. Masing-masing anggota diminta memilih pasangan diminta bertukar pendapat mengenai hasil isiannya. Latihan ini diberikan setelah anggota kelompok sudah mengenal nama sesama anggota. Contoh kalimat-kalimat yang harus dilengkapi adalah sebagai berikut :
a.       Saya suka ...................
b.      Kadang-kadang saya berharap..............
c.       Apabila saya mendapat nilai buruk..............
d.      Saya tidak dapat..................
e.       Ketika saya masih lebih muda..........
f.       Sebagian besar orang yang saya kenal.............
g.      Saya ingin mengetahui..............
h.      Apabila saya berada dalam kelompok baru...............
i.        Saya takut............
j.        Saya merasa bangga bila..............
k.      Cita-cita saya..........
l.        Kejadian mengesankan yang baru saya alami.........
Pada akhir pertemuan pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan anggota kelompok tentang kegiatan yang baru dilaksanakan tersebut.
2.      Tahap pembinaan norma dan tujuan kelompok
Tahap pembinaan norma dan tujuan kelompok merupakan tahap yang penting dalam pengembangan kelompok, karena akan memberi arah pada perkembangan kelompok menuju kelompok yang produktif. Dalam tahap ini anggota kelompok belajar bekerja bersama sebagai suatu tim. Individu juga belajar bagaimana akibat perilakunya terhadap anggota lain, belajar memberi balikan dan menerima balikan. Apabila dalam tahap orientasi kelompok telah mencapai taraf kohesivitas yang tinggi, maka interaksi anggota akan lebih lancar dalam tahap ini. Tetapi individu harus menguasai keterampilan-keterampilantertentu untuk dapat bekerjasama dengan anggota lain untuk mencapai hasil yang produktif.
Norma- norma yang dikembangkan dalam tahap ini adalah (a) tanggung jawab kelompok : setiap anggota menyumbang terhadap tugas kelompok; (b) responsif terhadap anggota kelompok yang lain : mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dikatakan anggota lain, dan berusaha menghubung-hubungkan ide-ide tersebut untuk kepentingan produktivitas kelompok; (c) saling ketergantungan: anggota kelompok bekerjasama untuk mencapai tujuan kelompok: (d) pengambialn keputusan berdasarkan konsensus: keputusan kelompok sejauh keinginan golongan mayorita; dan (e) masalah yaang timbul harus dihadapi dan dipecahkan.
Tugas pemimpin kelompok dalam tahap ini adalah mengajarkan keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang diperlukan untuk mencapai kelompok yang efektif. Dalam kegiatan kelompok kelas, guru atau konselor harus dapat menciptakan struktur kelas yang dapat mendorong siswa untuk mengarahkan diri dan memberi banyak kesempatan supaya siswa lebih aktif. Pemimpin kelompok juga harus dapat memilih kegiatan kelompok yang sesuai dengan kebutuhan kelompok dan membentuk jumlah kelompok yang sesuai untuk tiap-tiap kegiatan kelompok. Ia juga harus menjelaskan dengan jelas tujuan dari setiap latihan yang dilaksanakan dalam tahap ini.
Beberapa latihan dalam tahap pengembangan norma        
Beberapa contoh latihan yang diuraikan berikut ini mencakup latihan-latihan yang mewakili norma-norma yang dikembangkan dalam tahap ini, misalnya: tanggung jawab kelompok, responsif terhadap anggota kelompok lain, dan kerjasama.
(1)   Tanggung jawab Kelompok
Tujuan latihan : menanamkan pengertian bahwa setiap anggota mempunyai kewajiban untuk menyumbang kelompok.
Jumlah anggota : setiap kelompok 6 sampai 8 orang.
Waktu yang diperlukan :  lebih kurang 45 menit.
Pelaksanaan latihan : Pemimpin kelompok memberi penjelasan singkat mengenai tujuan latihan. Kelompok diminta untuk mendiskusikan sebuah topik misalnya ‘’Perubahan-perubahan apa yang perlu dibedakan untuk meningkatkan mutu lulusan?’’
Untuk menjawab tugas itu setiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan pikiran. Dalam tiap kelompok ditunjuk seorang pengamat untuk mencatat siapa saja yang bicara dalam dalam diskusi itu dan berapa akali. Setiap anggota bicara, pengamat memberikan tanda X di belakag nama anggota itu. Setelah waktu yang disediakan habis, mesing-masing kelompok diminta melaporkan hasilnya dan diikuti dengan laporn dari pengamat mengenai proses lain kali ikut mengambil bagian lebih aktif.
(2)   Membuat cerita kelompok
Tunjuan kegiatan:mlatih anggota kelompok agar medengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dikatakan anggota lain dan dan berusaha menghubung-hubungkannya sehingga dapat mencapai tujuan kelompok.
Waktu yang diperlukan:45 menit.
Pelaksanaan latihan: pemimpin kelompok menjelaskan tujuan kelompok secara singkat. Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 5-8 orang, dan mereka duduk dalam bentuk lingkaran. Salah seorang masing-masing kelompok diminta sebagai perintis dalam mengemukakan satu kalimat. Anggota kelompok berikutnya menambahkan satu kalimat yang merupakan kelanjutany. Begitu seterusnya sampai semua anggota mendapat giliran. Anggota kelompok yang terahir bertugas melaporkan hasil cerita yang disusun kepada kelas.
(3)   Menyusun segi empat.
Tujuan kegian:melatih kerjasama antara anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok.
Waktu yang diperlukan: 30 sampai 45 menit.
Alat yang diperlukan:lima buah segi ampat dari manila karton yang berukuran 6x6 dan dipotong-potong sesuai dngen pola tyang diinginkan. Masing-masing potongan diberi tandahuruf-huruf tipis dengan pinsil. Potongan-potongan tersebut dimasukan dalam amplop.
Pelaksanaan kegiatan: Pemimpin kelompok menjelaskan secara singkat tujuan kegiatan, dan meminta anggota tiap kelompok duduk dalam bentuk lingkaran. Amplop dibagikan pada masing-masing kelompok kecil. Apabila jumlah anggota kelompok lebih dari 5 orang,  anggota selebihnya tidak bermain bertugas menjadi pengamat dan harus duduk diluar lingkaran.
Perintah yang diberikan: Bukalah amplop, keluarkan dan bagikan potongan-potongan kertas itu dan letakan di atas meja. Sususanlah 5 potongan-potongan itu perhatikan aturan-aturan berikut.
a.       Setiap anggota kelompok harus menyusun satu segi empat dan meletakan di depan meja.
b.      Anda tidak boleh meminta potongan dari anggota lain baik malalui perkataan atau dengan memberi isyarat, tetapi Anda boleh menerima potongan yang diberikan oleh anggota lain.
c.       Anda boleh memberikan potongan kertas yang anda pandang perlukan oleh anggota lain.
d.      Anggota kelompok tidak ada yang boleh bicara selama menyelesaikan tugas. Yang boleh berbicara adalah pengamat untuk mengingatkan bila ada anggota kelompok yang tidak mematuhi aturan.pengamat tidak boleh memberi saran kepada pemain . anggota kelompok boleh mulai bekerja setelah pemimpin kelompok memberi tanda mulai.
Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, diadakan diskusi mengenai kesan-kesan anggota dalam menyelesaikan tugas itu.
3.      Tahap pertentangan-pertentangan dalam kelompok
Tahap ketiga dalam perkembangan kelompok merupakan tahap mulai tmbulanya pertentangan-pertentangan dalam kelompok, yaitu pendapat dan adanya usaha untuk ‘’menentang’’ pemimpin kelompok. Setelah anggota kelompok saling mengenal dan bekerja sama dan berkomunikasi secara lebih terbuka dan langsng. Maka pertentangan-pertentangan akan bertambah. Memang agak sulit dipahami bahwa setelah tingkat kohesivitas dan prokdutifitas kelompok bertambah, malah timbulnya pertentangan dalam kelompok. Tetapi dalam kenyataanya dalam pererkembangan kelompok situasi seperti itu terjadi.
            Apabila kita membandingkan antara perkembangan kelompok dengan perkembangan individu dari masa bayi menuju masa dewasa, maka tahap ketiga ini dapat disamakan dengan masa adolesensi. Dalam masa adolesensi individu merasa tidak bergantung dan bebas dari pengawasan orang tua. Demikian pula para anggota kelompok dalam tahap ketiga ini karena merasa ikatan kelompok sudah meningkat. Maka tanggung jawab mengerjakan tugas-tugas tetapi juga ingin menunjukan kebebasanya dan tudak ketergantungannya pada pemimpin kelompok. Sebab-sebab timbulnya pertentangan dalam kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Dengan meningkatnya kohesivitas kelopok dan telah dikembangkannya norma- norma kelompok, maka anggota kelompok menjadi lebih terbuka mengemukakan pendapat dan masalahnya.konflik muncul pada masa ini sebernarnya bukan  hal yang baru. Tetapi merupakan konflik sebelumnya yang sudah ada dantidak ditekan dan dihiraukan karena hubungan antara sesama anggota kelompok dan antara anggota pemimpin kelompok balum terbuak.
b.      Konflik itu timbul sebagai akibat wajar dari meningkatkan partisipasi anggota kelompok. Dengan makin banyaknya perbedaan pendapat dan nilai-nilai yang muncul, atau katidak kesepakatan mengenai tujuan dan cara-cara mencapai tujuan kelompok.
c.       Setelah norma kelompok dikembngkan ada kecenderungan untuk menguji sejauh mana kesetiaan pemimpin kelompok terhadap norma yang sudah disepakati. Misalnya anggota kelompok mengemukakan ide yang sama sekali berbeda dengan yang dikemukakan mayoritas anggota kelompok, dengan tjuan hanya untuk menguji kemampuan pemipin kelompok dalam mengatasi masalah
d.      Kadng-kadang pertentangan itu timbul karena ingin menentang kepemimpinan pemimpin kelompok. Setelah anggota kelompok dapat bekerjasama dangan baik dapat melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Tibul pendapat bahwa mereka dapat bekerja tampa pamimpin kelompok. Anggoata kelompok ingin lebih bebas dan melakukan sesuatu menurut keinginan mereka sendiri.


Peranan pemimpin kelompok,peranan kemimpin kelompok dalam tahap ketiga ini adalah:
a.       Memberikan penjelasan pada kelompok bahwa konflik dapat merupakan kekuatan yang positif. Konflik merupakan hal yang wajar terjadi dalam interaksi berbagai individu yang mempunyai pendapat dan nilai-nilai yang berbeda. Konflik bukan merupakan hal yang harus dihindari tetapi justru dikemukakan dan dihadapi bersama, dan apabila dapat diatasi akn membuat hubungan antar pribdi menjadi lebih akrab dan kerja kelompok akan menjadi lebih kompak. Konflik juga merupakan  kondisi yang diperlukan  untuk berubah dan bertumbuh.
b.      Memberikan bantuan dan keyakinan pada anggota kelompok yang merasa cemas terhadap ungkapkan konflik secara terbuka. Pemimpin kelompok dapat mengemukakan pada mereka bahwa dia dapat mengerti kecemasannya dan meyakinkan ketidak kesepakatan itu hal yang wajar dan akan dapat diatasi.
c.       Tidak menghadapi konflik dengan cara meningkatkan kekuasaan pemimpin, tetapi menerima dan mengajarkan pada anggota kelompok  cara menghadapi secara kontruktif.
d.      Mendengarkan dengan aktif apa yang diungkapkan anggota kelompok, sehingga anggota kelompok merasa didengar dan dimengerti.
e.       Memberi repon terhadap perasaan-perasaan yang ada didalam kata-kata yang diucapkan angfgota kelompok. Berkaitan dengan mendengarkan secara aktif, pemimpin kelompok harus menunjukan pada anggota yang menentangnya, bahwa ia dapat menerima dan memahami perasaanya.
Beberapa latihan untuk mengatasi pertentangan dalam kelompok
1.      Mengirim pesan ‘’saya’’
Suatu pesan ‘’saya’’ adalah suatu pernyataan mengenai bagaiman perasaan kita terhadap suatu yang dilakukan oleh seorang misalnya, ‘’saya merasa kesal ketika kamu melihatmu membuang sampah dilantai’’. Sebaliknya pesan ‘’kamu’’ adalah suatu pernyataan yang menyalahkan atau memberi cap seseorang karna perbuatanya. Misalnya ‘’kamu itu pengotor,     membuang sampah disembarang tempat’’ atau  ‘’ mengapa kamu tidak membuang sampah ditempatnya?’’ , dan pesan-pesan yang sejenisnya. Pesan ‘’kamu’’ inilah banyak yang dilakukan orang sehari-hari, terutama bila seseorang berbeda dalam situasi yang ‘’berkuasa’’. Pesan ‘’saya’’ meberikan informasi yang dapat mengenai apa akibat seseorang pada orang lain. Sedangkan pesan ‘’merupakan usaha untuk mentyalahkan orang lain.
            Dalam tahap mengatasi konflik, basanya sangat membantu apabila pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk menghindarkan pernyataan-pernyataan yang mulai dengan ‘’kamu’’, dan....’’ Misalnya,lebih baik mengatakan ‘’saya merasa kecewa ketika menyadari bahwa hasil pekerjaan kita minggu ini hanya sedikit’’. Dari pada mengatakan ‘’kamu semua tidak mempunyai keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan pada waktunya’’.
            Pemimpin kelompok mmenjelaskan kegunaan pesan ‘’saya’’ dan menjelaskan perbedaanya dengan pesan ‘’kamu’’, kemudian meminta anggota kelompok untuk berlatih menggunakannya dalam kelompok untuk menyusun kalimat berdasarkan kejadian yang berlangsung dalam kelompok. Satu orang mengatakanya dengan pesan ‘’saya’’, dan anggota kelompok meminta merasakan perbedaanya.
2.      Pendekatan ‘’Menang-Menang’’
Konflik terjadi apabila dua orang atau lebih  menginginkan hal yang berbeda terhadap masalah atau sesuatu yang sama. Sebagian besar orang mengira bahwa kalau konflik telah dapat dipecahkan, maka seorang akan kalah dan yang lain akan menang. Tetapi ada pendekatan lain untuk mengatasi konflik yang tidak merugikan kedua belah pihak, artinya tidak ada pihak yang kalah dan yang menang. Pendekatan “menang-menang” ini juga disebut pendekatan “tidak ada yang kalah”, yang berarti bahwa pemecahan yang dikemukakan dapat memenuhi kebutuhan dua belah pihak.
Langkah-langkah dalam pendekatan “menang-menang”  adalah sebagai berikut:
a.       Mengenali pertentangan yang timbul. Misalnya pemimpin kelompok mengatakan “tampaknya sedang terjadi konflik dalam kelompok ini. Sebagian menginginkan latihan 2 kali seminggu  dan anggota lain menginginkan 1 kali seminggu. Apakah benar demikian?”
b.      Mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan. Dalam hal ini pemimpin kelompok supaya meminta pendapat dari anggota kelompok terlebih dahulu, untuk menunjukkan bahwa pemimpin menghargai pendapat-pendapat mereka, kemudian mendiskusikannya.
c.       Menguji kemungkinan-kemungkinan pemecahan yang diajukan dan melihat mana yang dapat diterima oleh dua belah pihak. Apabila kemungkinan-kemungkinan yang dikemukakan tidak ada yang dapat memenuhi kebutuhan kedua belah pihak, pemimpin kelompok meminta kepada kelompok sekali lagi, mungkin masih ada kemungkinan lain atau mengajukan gagasannya dan mendiskusikannya dengan kelompok.
Apabila pemecahan konflik telah ditemukan, pemimpin kelompok mengecek apakah kedua belah pihak dapat menerima konflik “menang-menang”, anggota kelompok dapat dilatih melalui empat tahap pendekatan, yaitu:
·         Pertama , latihan mendengarkan secara aktif.
·         Kedua, menyatakan pada orang lain tersebut bahwa kita mengerti dan dapat menerima perasaaan itu.
·         Ketiga, menyatakan perasaan kita sendiri dengan menggunakan pesan “Saya”.
·         Keempat, mengadakan perundingan dengan pendekatan tak ada yang dirugikan atau pendekatan “menang-menang” dalam mengatasi konflik tersebut.
4.  Tahap produktivitas
            Tahap produktivitas dalam perkembangan kelompok adalah tahap dimana kelompok telah tumbuh menjadi suatu tim yang produktif dan telah mempraktikan ketrampilan-ketrampilan dan sikap-sikap yang diperlukan untuk dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Ciri-ciri yang penting dalam tahap ini adalah bahwa perhatian anggota kelompok mulai terbagi antara menyelesaikan tugas-tugas kelompok dengan meningkatkan hubungan antarpribadi. Di dalam kelompok kelas misalnya, pada waktu tertentu siswa sangat antusias untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok pada mata pelajaran yang diikutinya dan mereka dapat bekerjasama dengan lancar tanpa mengalami banyak kesukaran. Di lain waktu mungkin mereka lebih memusatkan diri pada hubungan antarpribadi dan mungkin mengalami kesukaran menyelesaikan kesukaran tugas akademik mereka.
Ciri lain tahap ini adalah bertambahnya keintiman hubungan antara anggota kelompok dan antara anggota kelompok dan pemimpin kelompok. Tetapi dalam hal ini pemimpin kelompok, terutama kelompok kelas memperhatikan dan mendiskusikannya dengan anggota kelompok yang bersangkutan apabila hubungan antar pribadi anggota kelompok menjadi terlalu intim, sehingga mereka melalaikan tugas-tugas akademiknya.
Peranan pemimpin kelompok. Peranan pemimpin kelompok dalam tahap ini adalah membantu kelompok meningkatkan keterampilan-keterampilan yang sudah dikuasai anggota kelompok. Dalam hal ini pemimpin kelompok harus siap apabila sewaktu-waktu kelompok menunjukkan kemunduran. Kemunduran kelompok biasanya terjadi apabila ada kejadian-kejadian khusus yang mengganggu kelompok, misalnya liburan sekolah, atau masuknya anggota baru, sehingga kelompok perlu mengadakan penyesuaian kembali. Peranan lain pemimpin kelompok adalah membantu anggota kelompok agar dapat mencapai keseimbangan antara peningkatan keakraban hubungan antar pribadi dengan peningkatan penyelesaian tugas-tugas akademik.



Beberapa latihan dalam tahap produktivitas
(1)   Diskusi kelompok kecil
Pemimpin kelompok atau guru dapat memberikan satu topik untuk didiskusikan dalam kelompok-kelompok kecil antara 6-8 orang. Topik yang dipilih adalah yang tidak memakan waktu lama untuk mendiskusikannya, misalnya makan waktu antara 20-30 menit. Setelah selesai diskusi dalam kelompok kecil,anggota kelompok duduk dalam bentuk lingkaran besar, dan masing masing kelompok melaporkan hasil diskusinya. Dari hasil yang dicapai oleh kelompok-kelompok kecil tersebut kemudian ditarik kesimpulan-kesimpulan bersama.
(2)   Simulasi
Anggota kelompok diminta untuk memerankan atau meragakan masalah-masalah tertentu. Dengan melakukan simulasi anggota kelompok dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang lebih berarti dibandingkan apabila masalah itu hanya didiskusikan. Topik yang disimulasikan disesuaikan dengan kebutuhan anggota kelompok.
Teknik dan pelaksanaan simulasi ini serta kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilaksanakan dalam tahap produktivitas,seperti bermain peranan.

(5)  Tahap mengakhiri kelompok
Tahap mengakhiri kelompok atau terminasi adalah tahap dimana para anggota kelompok akan meninggalkan kelompok karena kegiatan kelompok sudah berakhir atau mereka sudah tidak memerlukan bantuan. Waktu terminasi ini berbeda-beda tergantung dari macam kelompoknya. Pada kelompok kelas tahap terminasi terjadi bila siswa sudah mengakhiri program studinya, misalnya pada akhir semester atau akhir tahun ajaran. Dalam kelompok konseling dan kelompok latihan yang lain tahap terminasi berlangsung bila anggota kelompok sudah dapat memecahkan masalahnya dan merasa tidak memerlukan bantuan lagi. Sedangkan pada kelompok psikoterapi,kelompok berakhir apabila pasien sudah dinyatakan sembuh oleh terapisnya dan boleh meninggalkan tempat perawatan.
Ciri-ciri tahap terminasi. Tahap terminasi. Terminasi ditandai dengan adanya berbagai perasaan yang berbeda-beda antara sesame anggota kelompok atau guru. Secara singkat cirri-ciri tahap ini dapat digambarkan sebagai berikut.
a.      Pada kelompok yang sudah mencapai kohesivitas tinggi akan menunjukkan perasaan cemas dan sedih karena harus berpisah dengan sesama anggota kelompok dan pemimpin kelompok, dan akan menghadapi kelompok baru yang belum mereka ketahui keadaannya. Kesedihan ini berakibat mereka menjadi kurang berminat untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Tetapi sebaliknya juga ada kelompok yang produktivitasnya malah bertambah, karena mereka ingin membuat kenangan mengesankan bagi kelas yang ditinggalkannya.
b.      Bagi kelompok yang belum mencapai taraf kelompok efektif dalam tahap terminasi ditandai dengan meningkatnya pertentangan- pertentangan sesame anggota tanpa alas an yang jelas. Perilaku ini mereka lakukan untuk menunjukkan ketidaksenangan mereka pada kelompok dan mereka merasa tidak sedih meskipun harus berpisah. Norma-norma dan ketrampilan-ketrampilan yang sudah terbina sebelumnya seolah-olah tidak berarti lagi.
c.       Adanya rasa marah pada pemimpin kelompok atau pada guru. Gejala ini merupakan gejala yang paling mengecewakan, yang dapat timbul karena ketidakmampuan menolak perasaan sakit karena akan berpisah. Menghadapi kesedihan secara langsung adalah sulit bagi hamper semua orang, dan untuk menghindarkan hal itu orang menggantinya dengan cara sebaliknya yang kurang menyakitkan, yaitu dengan melampiaskannya dalam bentuk kemarahan.
Peranan pemimpin kelompok dalam tahap terminasi adalah sebagai berikut:
a.       Menyiapkan anggota kelompok untuk menghadapi tahap terminasi dengan memberikan penjelasan bahwa kelompok akan berakhir. Untuk menghadapi hal itu supaya anggota kelompok mengekspresikan perasaan-perasaannya dengan terbuka dan jujur dan agar menyimpan energynya untuk menghadapi pengalaman-pengalaman baru yang dihadapi.
b.      Membantu anggota krlompok untuk merangkum pengalaman-pengalamannya. Anggota kelompok membutuhkan kesempatan untuk meletakkan pengalaman-pengalaman yang bermacam-macam selama bekerja dengan kelompok secara proporsional. Dengan melakukan hal ini akan menolong mereka dapat menganalisa secara lebih teliti perasaan-perasaan mereka yang sebenarnya mengenai kegiatan kelompok, hal ini akan memberi pengaruh pada pribadinya.
c.       Membantu kelompok untuk memahami bahwa pengalaman-pengalaman yang diperolehnya dalam kelompok mempengaruhi dan mengubah pribadi seseorang, dan pengaruh ini akan tetap meskipun kelompok telah berakhir. Anggota kelompok dibantu untuk membuat rencana-rencana perubahan dan menerapkan apa yang dipelajari di dalam kelompok dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Membantu anggota kelompok untuk menemukan cara-cara membantu diri sendiri setelah mereka meninggalkan kelompok.
e.       Memberi kesempatan pada anggota kelompok untuk saling mengucapkan selamat berpisah dan saling mengucapkan selamat berpisah dan saling meminta maaf, serta mengutarakan hal-hal yang sebelumnya tidak sempat dibicarakan dengan terbuka.\
Beberapa latihan terstruktur dalam tahap terminasi
1)      Rangkuman pengalaman-pengalamn penting
Pengalaman kelompok memimpin diskusi dengan anggota kelompok untuk merangkum perkembangan kelompok mulai dari awal sampai pada saat terminasi. Periode perkembangan kelompok itu dapat digambarkan dengan garis di papan tulis dengan menandai kejadian-kejadian penting yang dialami kelompok. Anggota kelompok didorong untuk membagi persepsinya dengan anggota lain dalam kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok juga menyampaikan persepsinya tentang kelompok yang bersangkutan. anggota kelompok diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pemimpin kelompok mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelompok dan mengenai hal-hal yang disukai atau tidak disukai yang terjadi dalam kelompok.
2)      Pengalaman yang berkesan
Masing-masing anggota kelompok diminta untuk mengemukakan pengalaman-pengalaman yang paling berkesan selama bersama-sama kelompok.
3)      Saling bertukar kesan
Anggota kelompok diminta untuk mendiskusikan bagaimana kesan mereka terhadap masing-masing anggota pada waktu mereka pertama kali bertemu, dan bagaimana kesan itu berubah setelah mereka bekerjasama dalam kelompok. Anggota kelompok diminta duduk dalam bentuk lingkaran dan pemimpin kelompok mengajukan pertanyaan, “Apakah kesan Anda pada waktu pertama kali bertemu dengan rekan-rekan Anda di kelompok ini?  Dapatkah Anda menceritakan dalam hal apa kesan Anda sekaramg telah berubah?” Anggota kelompok lain dapat menanggapi apa yang dikemukakan rekan mereka.
4)      Pesan-pesan positif
Pemimpin kelompok membagikan sepotong kertas kecil kepada masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok diminta menuliskan pesan singkat yang akan membuat orang yang menerimanya menjadi senang. Mereka harus menuliskan hal-hal positif yang telah diamatinya selama bekerja bersama. Pesan tersebut supaya dibuat sekhusu mungkin yang mengacu pada kejadian-kejadian tertentu. Pesan tersebut boleh ditandatangani pembuatnya boleh juga tidak. Pesan itu kemudian dilipat dan diberi alamat anggota kelompok yang dituju. Selanjutnya pesan tersebut dibagikan pada anggota yang dituju oleh salah seorang anggota kelompok.













KESIMPULAN
Suatu kelompok tidak akan menjadi kelompok yang efektif tanpa intervensi dari guru, konselor, atau pemimpin kelompok. Proses yang terjadi dari sekelompok individu menjadi suatu kelompok yang efektif disebut perkembangan kelompok. Pembagian tahap-tahap perkembangan kelompok berbeda-beda menurut beberapa ahli. beberapa hli seperti Stanford, napier dan gershenfelt, tuckman dan Jensen membagi perkembangan kelompok berdasarkan orientasi kelompok secara umum dan kelompok bimbingan. Pada umumnya mereka membagi tahapan-tahapan perkembanangan kelompok menjadi lima tahapan, yaitu: orientasi, perkembanagn norma-norma kelompok, emnghadapi masalah, produktivitas dan penutup dan terminasi. Bebrapa ahli lain seperti trotzer, dan corey membagi kelompok denaghn berdasarkan orientasi kelompok konseling, kelompok latiahn dan dan kelompok psikoterapi. Mereka membagi perkembangan kelompok menjadi empat tahap, yaitu: inisiasi atau penciptaan rasa aman, transisi atau penerimaan, bekerja pembinaan tanggung jawab dan pemecahan masalah, penutup, dan tindak lanjut.
Tahap orientasi atau inisiasi atau pembinaan rasa aman merupakan tahap yang paling penting dalam perkembangan kelompok, karena dalam tahap ini anggota kelompok mengenal masing-masing anggota lain, dan merupakan tahap pengembangan rasa saling percaya. Adanya kepercayaan antara sesame anggota kelompok dan antara anggota dengan pimpinan kelompok merupakan dasar utama agar kelompok dapat berkembang menjadi kelompok yang efektif. Peranan pemimpin kelompok dalam tahap ini adalah: menjelaskan tentang aturan-aturan umum dan cara-cara berpartisipasi dalam kelompok; membantu agar anggota dapat saling mengenal baik dengan sesame anggota maupun dengan pemimpin kelompok; dan menjadi model bagi anggota kelompok.
Tahap pembinaan norma dan tujuan kelompok merupakan tahap dimana anggota kelompok belajar mengembangkan, mematuhi, dan melihat akibat perilakunya terhadap anggota kelompok lain. Peranan pemnimpin kelompok dalam tahap ini adalah mengajarkan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan agar anggota kelompok dapat berperilaku sesuai dengan norma-norma dan tujuan yang telah disepakati.
Tahap ketiga perkembangan kelompok yang merupakan tahap mengatasi konflik-konflik yang timbul dalam kelompok. Peranan pemimpin kelompok dalam tahap ini adalah memberi pengertian tentang hakikat konflik dalam kehidupan dan menunjkkan pengertian dan cara-cara yang tepat dalam menghadapinya.
Tahap produktivitas kelompok merupakan tahap dimana kelompok telah tumbuh menjadi suatu tim yang produktif. Peranan pemimpin kelompok dalam tahap ini adalah membantu meningkatkan ketrampilan-ketrampilan anggota kelompok; dan membantu supaya tercapai keseimbangan antara peningkatan keintiman hubungan antara pribadi dan produktivitas kerja.
Pada akhirnya setelah kelompok melalui masa-masa bekerja bersama, anngota kelompok dan pimpinan kelompokakan saling berpisah dan mengakhiri kegiatan kelompok. Pada saat terminasi ini pemimpin kelompok berperan untuk membantu anggota kelompok merangkum pengalaman-pengalaman bekerjasama, dan membantu anggota untuk dapat menerapkan pengalaman-pengalaman tersebut dalam kehidupanya sehari-hari serta dalam membuat rencana masa depan.